Sambut Natal tahun ini Womanblitz akan mengulas gereja-gereja yang ada di Surabaya. Dilansir dari Surabaya City Guide, Gereja-gereja tersebut memiliki keeksotisan dan mungkin perlu diketahui oleh masyarakat Surabaya. Sedikitnya kita bangga akan kekhasan arsiteltural yang ada di gereja-gereja tersebut.
1. GKI Pregolan Bunder
Gereja yang terletak di jalan Pregolan Bunder ini sering disebut dengan Gereja– Masjid. Pasalnya bangunan gereja yang telah berusia 130 tahun ini mengadopsi bangunan timur tengah yang memiliki kubah dan jika dilihat dari kejauhan terlihat seperti masjid. Bangunan gereja ini didesain oleh Arsitek Rijksen, dimana jika diperhatikan lagi denah bangunan ini menunjukkan gambar salib di dalamnya Hebatnya lagi gedung ini memili sistem akustik yang kuat. Pendeta yang berdiri di atas mimbar, tanpa pengeras suara pun khotbahnya akan terdengar jelas di seluruh ruangan. Merkipun sudah banyak dilakukan renovasi, bangunan dari gereja ini tetap dijaga keasliannya. Karena kunikan inilah gedung gereja ini masuk dalam situs cagar budaya.
2. Gereja Santo Yakobus
Dengan nuasnsa neo-klasik, gereja yang terletak di kawasan CitraRaya ini memiliki arsitektur yang sangat indah. Jika gereja-gereja lain memilih gaya akurturasi, gereka Santo Yakobus justru mengambil tema Romawi-kuno dengan harapan agar terkesan lebih sakral. Bagian dalam gereja ini juga didesain dengan detil yang sangat indah dan penuh elemen. Bila pada bagian interior tampak beberapa patung di sisi samping, pada langit-langit berhias lukisan. Pada altar gereja berdiri dua patung. Di sisi kanan berdiri patung Bunda Maria, dan di sisi kiri berdiri patung Yesus Hati Kudus, yang keduanya berwarna emas. Sejak dibangun pada 25 Desember 1995, gereja ini berdiri dengan landasan kebutuhan umat demi sebuah rumah ibadah yang mandiri.
3. Gereja Kepanjen
Gereja Kepanjen atau yang disebut Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria ini terletak di jalan Kepanjen 6. Peletakan batu pertama gereja ini dilakukan pada tahun 1899 oleh Pastor Van Santen SJ. Konsep bangunan ini dikerjakan oleh seorang arsitek Semarang bernama W. Westmaas. Gereja itu dibangun dengan gaya Neo Gothic , yaitu gaya arsitektur Eropa dengan ciri khas ruang berbentuk busur. Atap-atapnya membentuk kubah disertai pilar-pilar tinggi. Batu bata yang menempel di tembok disusun telanjang tanpa lapisan semen. Jika dilihat dari atas bangunan gereja ini berbentuk salib. Tepat 5 Agustus 1990, gereja itu resmi berdiri, namun pada 1945, kemegahan gereja hancur terbakar tanpa sebab yang jelas. Pada 1950 gereja direnovasi secara besar-besara oleh Romo Bastiansen, struktur bangunan dibiarkan tak berubah, hanya kaca-kacanya saja yang dibuat polos, tidak lagi dengan ukiran.
4. GKJW Gubeng
Nuansa perpaduan khas Jawa-Eropa begitu terasa pada bangunan gereja ini. Gereja yang terletak di jalan Mayjend Prof. Dr. Mustopo itu kini telah berusia 92 tahun ini memiliki sejarang cukup panjang sebelum menempati lokasinya yang sekarang. Berawal dari salah seorang tukang arloji asal Jerman, Johanes J. Emde yang pada tahun 1861 melihat banyaknya warga pribumi (Jawa) yang beragama Kristen. Akhirnya memutuskan untuk membangun sebuah gereja kecil dan sekolah di Palack Wonorejo Surabaya pada tahun 1877. Namun di tahun 1907, bangunan gereja tersebut diminta oleh pemiliknya, sampai akhirnya di tahun 1911 seorang jemaat yang berprofesi sebagai jaksa mempersilahkan rumahnya untuk dipakai sebagai tempat ibadah. Dan pada tahun 1924 berdirilah gedung gereja permanen di Gubeng Viaduct, sekarang Prof. Dr. Mustopo.
5. Gereja Santo Paulus
Gereja yang memiliki arsitektur bernuasa alam ini terletak di Jalan Raya Juanda, Waru. Tak heran jika gereja ini sering disebut dengan Gereja Juanda dan merupakan perkembangan dari Gereja Salib Suci. Meskipun terbilang baru, gereja ini sudah memiliki banyak sekali jamaat khususnya yang berasal dari Wisma Tropodo, Sedati, Juanda, Aloha, Gedangan, hingga Pepelegi. Bangunan gerejanya sendiri terdiri dari gabungan nuansa alam dan etnik. Dimulai dari pintu gerbang yang berbentuk candi khas Jawa Timur pada zaman Majapahit dengan warna merah bata. Nuansa alam terlihat dari dinding gereja yang berbahan dasar batu andesit berwarna hijau sebagai latar belakang dari altar. Di sekeliling gereja juga terdapat pilar yang berjumlah 14. Dipilihnya jumlah tersebut karena pada setiap pilar terdapat gambar ilustrasi Jalan Salib,untuk mengenang kisah Yesus Kristus.
6. GK Abdiel Elyon
Gereja yang terletak di Jl. Pregolan Bunder ini sebelumnya pernah menjadi markas tentara, rumah sakit bersalin, panti asuhan Kepolisian, dan juga rumah tinggal di jaman Kolonial Belanda. Dibelinya bangunan ini merupakan sebagai langkah strategis karena beberapa tempat yang digunakan oleh jemaat sudah tidak cukup lagi. Gedung dengan arsitektur Kolonial Belanda ini adalah wujud asli sejak bangunan tersebut dibangun meskipun sudah beberapa kali beralih fungsi. Pihak gereja sendiri hanya merenovasi bagian-bagian gereja yang sudah lapuk dimakan usia. Saat pembelian atap gerejapun dipesan sama persis sesuai bentuk aslinya tanpa merubah apapun.