Love in the Time of Corona

Love in the Time of Corona
20 Maret 2020 16:29 WIB

Kali kedua saya menulis tentang Corona. Minggu lalu saya ingat menulis bahwa Corona adalah saatnya kita berhenti egois, menomersatukan diri sendiri dan belajar, dengan cara yang sama sekali nggak enak, untuk kembali jadi manusia. 

Sejak anjuran pemerintah untuk bekerja dari rumah mulai dipatuhi orang-orang urban, banyak sekali inisiasi kebaikan yang saya lihat. Rakyat yang selow ini mulai memanfaatkan Corona sebagai pemantik untuk mulai peduli. Gerakan sederhana membelikan makan untuk para supir ojol. Premisnya karena mobilitas masyarakat menurun, pendapatan otomatis terjun bebas, dan mereka nggak punya opsi untuk kerja dari rumah. Maka beberapa influencer, seperti Ligwina Hananto, mulai menggerakkan “rakyatnya” untuk memesankan makanan dan alih-alih diantarkan ke pemesan, diserahkan kepada ojol yang menerima pesanan. Gerakan ini bergulir, tidak saja di Jakarta, menyebar juga ke kota-kota lain.

Dan linimasa seketika menghangatkan hati dengan potongan percakapan, syukur, dan doa baik dari para ojol penerima makanan. Lalu berkembang lagi, ajakan membelikan makan untuk tenaga kesehatan yang mesti bekerja dalam shift-shift panjang dan melelahkan untuk merawat para pasien Corona. Lalu di kitabisa, Kalis Mardiasih dan beberapa yang lain mulai menggalang dana untuk para pekerja informal dan masyarakat yang paling terdampak secara ekonomi sebagai efek Corona. Mereka yang nggak punya pilihan untuk tetap berada di jalan dan menggantungkan diri dari pendapatan harian, tentunya berada di urutan teratas, jika ekonomi memburuk dan PHK dimana-mana.  Media sosial lagi-lagi menunjukkan wajah lainnya, sebagai generator kebaikan. Tidak melulu ribut-ribut, nyinyir, bully-membully, dan baku hantam kata-kata. 

Membaca Corona, memberi saya pelajaran bahwa di masa genting, yang akhirnya menyelamatkan manusia cuma kemanusiaannya. Dan COVID19, sekali lagi mengajarkan saya kalau dunia masih punya harapan, karena masih banyak orang-orang yang baik hatinya, merawat kemanusiaannya.

 

*sebuah adaptasi dari judul buku Gabriel Garcia Marques : Love in The Time of Cholera

 







Gabung Milis

Daftarkan diri Anda dan dapatkan update terbaru dari WomanBlitz