Jadi ratu jaman sekarang, nggak perlu punya 3B; Beauty, Brain, Behavior. Nggak perlu juga belajar pede dalam balutan bikini, belum lagi menyiapkan mental kemungkinan didemo ormas pembela moral bangsa. Cukup ambil kredit di bank, susun strategi dan target market, manajemen desas-desus, pesona, baju dengan bros pangkat-pangkatan ala militer dari plastik, bikin kerajaan, prosesi berkuda, dan cari pengikut yang militan yang rela bayar jutaan demi jadi pejabat teras kerajaan.
Paling nggak itu langkah yang ditempuh Fanni Amidia. Dia nggak perlu menikahi Pangeran Inggris seperti Megan, atau ikut kompetisi putri-putrian. Langkah yang sungguh strategis, revolusioner sekaligus! Secara cerdas dan sistematis dia menjadikan diri Ratu Sejagad secara mandiri.
Salah nggak sih bikin kerajaan model gini? Menurut saya sih nggak salah-salah banget, kan Ratu dan Raja ini memfasilitasi mimpi rakyat jelata yang rindu dapat jabatan dan kuasa, dihormati orang, dan seciprat harta kekayaan. Rakyat jelata yang saking lelahnya menyusun harap, rela halu dan cupet berjamaah.
Fanni cuma ngasih ibu-ibu, seperti saya dan kalian, kesempatan pakai jentat-jentit pakai baju putri-putrian, sanggulan, pergi nyalon demi make up dan sasak paripurna di parade kerajaan dengan kuda dan kereta kencana. Ini cuma perkara memberi jalan untuk mewujudkan mimpi jadi putri kerajaan banyak perempuan di sekitar kita.
Fanni dan Keraton Agung Sejagad cuma memberi sedikit penghiburan dan tentunya hiburan, baik untuk rakyat jelata maupun rakyat republik sosial media. Buat mereka yang berani atau terpaksa percaya bahwa harapan dan kemungkinan kadang terselip di hal yang paling musykil dan mustahil.